Al-Quran tetap Terjaga Sekalipun Terjemah Direvisi
Muncul suara sumbang yang dilontarkan para atheis dan orang liberal terhadap rencana Depag untuk merevisi terjemah al-Quran. Mereka meragukan keotentikan al-Quran. Adanya revisi terjemah menunjukkan bahwa kitab suci bisa salah dan bisa jadi objek revisi.
Mohon tanggapannya, karena pernyataan ini bisa meresahkan sebagian orang, mengingat diunggah di salah satu situs media massa.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Tidak semua suara dan penilaian layak kita terima. Bahkan ada banyak komentar yang cukup kita bungkam, karena jelas tidak bermutu. Atheis atau liberal, mereka para pembenci agama islam. Sehingga mereka melihat dengan sudut pandang apriori. Yang penting bisa menanamkan kebencian kepada orang lain, terhadap islam.
Bedakan Teks Wahyu dan Terjemahan Teks
Komentar para penggiat atheis dan liberal di atas, menunjukkan keterbatasannya, sehingga tidak bisa membedakan antara teks wahyu dan terjemah teks.
Di negara kita ada Pancasila. Sejak tahun 1947 hingga sekarang, teks-nya tidak pernah mengalami perubahan. Meskipun demikian, UUD 45 yang mewakili interpretasi terhadap pancasila, beberapa kali mengalami amandemen. Bahkan masyarakat Indonesia terhadap pancasila berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Orang katholik, kristen, hindu, budha, dibolehkan menyebut dirinya berpancasila, sekalipun mereka meyakini ketuhanan tidak maha esa.
Tentu saja, kami tidak bermaksud membandingkan al-Quran dengan pancasila. Namun kita hendak menyimpulkan, jika orang bisa menerima adanya perubahan tafsir tidak mempengaruhi keutuhan teks yang itu buatan manusia, seharusnya dia lebih mudah menerima, bahwa perbedaan terjemah wahyu Tuhan, tidak akan mempengaruhi keutuhan teks wahyu tersebut.
Antara al-Quran, Injil dan Taurat
Satu-satunya kitab suci yang dijamin selalu otentik oleh Allah hanyalah al-Quran.
Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sungguh Kami yang telah menurunkan al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya. (QS. al-Hijr: 9)
Sementara Taurat dan Injil, kitab ini Allah turunkan kepada Bani Israil, namun Allah tidak memberi jaminan untuk menjaganya. Namun penjagaan itu Allah serahkan kepada manusia.
Allah berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. al-Maidah: 44)
Dan hasilnya bisa kita lihat, teks asli al-Quran tidak pernah mengalami perubahan, padahal usianya lebih dari 14 abad. Teks aslinya selalu ada, tidak kurang tidak lebih. Al-Quran apapun yang anda jumpai, diterjemahkan ke bahasa apapun, teks aslinya pasti dicantumkan di samping terjemahan.
Berbeda dengan taurat dan injil, Allah menjaga teksnya. Hingga sekarang, manusia kesulitan untuk menemukan teks injil yang asli. Bahkan orang tidak pernah tahu, kapan teks aslinya dihilangkan. Mereka bisa menemukan Injil dengan bahasa tertua, bahaya yunani. Tapi itu bukan teks asli Injil.
Sehingga upaya manusia untuk mengubah Injil sangat mudah. Dan itulah yang terjadi. Revisi terjemah Injil, berarti Injil seutuhnya. Karena teks aslinya tidak ada.
Al-Qurthubi menceritakan dengan sanadnya sampai kepada Yahya bin Aktsam,
Kisah ini terjadi di zaman Khalifah Abbasiyah, Khalifah al-Makmun.
Suatu hari beliau bertemu orang yahudi di sebuah majlis, pakaiannya bagus, wajahnya bagus, baunya harum, dan jika bicara sangat indah didengar dan ungkapannya bagus. Setelah majlis usai, Makmun memanggil orang ini.
“Bani Israil?” tanya Makmun.
“Benar.” Jawab yahudi.
“Silahkan masuk islam, nanti kamu saya janjikan ..x.xx” Al-Makmun menjanjikan banyak hal.
“Ini agamaku dan agama bapakku.” Jawab yahudi, lalu dia pergi.
Setelah setahun, bani Israil ini datang lagi di majlis khalifah al-Makmun, tapi kali ini sudah masuk islam. Dia bisa menjelaskan tentang fiqh dan masalah agama dengan bagus.
Seusai majlis, orang ini dipanggil al-Makmun.
“Bukankah kamu orang yang tahun kemarin datang?” tannya al-Makmun.
“Benar.” Jawab beliau.
“Apa yang membuatmu masuk islam?” tanya al-Makmun.
Dia mulai bercerita,
Setelah saya meninggalkan anda, anda melakukan eksperimen untuk ketiga agama: nasrani, tahudi dan islam.
Orang mengakui tulisanku bagus. Akupun menulis Taurat sebanyak tiga naskah. Di sana aku tambahi dan aku kurangi. Lalu aku bawa ke Sinagog, tulisan 3 lembar itupun mereka beli.
Lalu aku menulis Injil sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke gereja, dan mereka membelinya dariku.
Kemudian aku menulis al-Quran sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke penerbit al-Quran. Mereka buka-buka. Ketika mereka melihat ada tambahan dan ada yang kurang, mereka langsung membuangnya. Dan tidak mau membelinya dariku.
Di sana aku sadar, bahwa kitab ini mahfudz (terjaga). Inilah sebab aku masuk islam.
(Tafsir al-Qurthubi, 5/10).
Dan mukjizat ini terbukti. Di dunia ini ada ribuan manusia muslim hafidz al-Quran di luar kepala. Di sana ada lembaga yang meneliti tafsir al-Quran. Di sana ada lembaga yang mengkaji qiraah al-Quran. Bahkan ada lembaga yang membidangi mukjizat ilmiah al-Quran, kajian antar al-Quran dengan sains modern.
Beberapa kali orang barat dan orang syiah membuat teks al-Quran baru. Mereka tawarkan ke masyarakat. Menyebar di dunia maya. Tapi tetap saja, semua upaya itu nihil hasilnya.
Itulah bukti bahwa al-Quran adalah kitab suci yang tejaga…
Sumber Artikel : Qiroati Pusat
Muncul suara sumbang yang dilontarkan para atheis dan orang liberal terhadap rencana Depag untuk merevisi terjemah al-Quran. Mereka meragukan keotentikan al-Quran. Adanya revisi terjemah menunjukkan bahwa kitab suci bisa salah dan bisa jadi objek revisi.
Mohon tanggapannya, karena pernyataan ini bisa meresahkan sebagian orang, mengingat diunggah di salah satu situs media massa.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Tidak semua suara dan penilaian layak kita terima. Bahkan ada banyak komentar yang cukup kita bungkam, karena jelas tidak bermutu. Atheis atau liberal, mereka para pembenci agama islam. Sehingga mereka melihat dengan sudut pandang apriori. Yang penting bisa menanamkan kebencian kepada orang lain, terhadap islam.
Bedakan Teks Wahyu dan Terjemahan Teks
Komentar para penggiat atheis dan liberal di atas, menunjukkan keterbatasannya, sehingga tidak bisa membedakan antara teks wahyu dan terjemah teks.
Di negara kita ada Pancasila. Sejak tahun 1947 hingga sekarang, teks-nya tidak pernah mengalami perubahan. Meskipun demikian, UUD 45 yang mewakili interpretasi terhadap pancasila, beberapa kali mengalami amandemen. Bahkan masyarakat Indonesia terhadap pancasila berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Orang katholik, kristen, hindu, budha, dibolehkan menyebut dirinya berpancasila, sekalipun mereka meyakini ketuhanan tidak maha esa.
Tentu saja, kami tidak bermaksud membandingkan al-Quran dengan pancasila. Namun kita hendak menyimpulkan, jika orang bisa menerima adanya perubahan tafsir tidak mempengaruhi keutuhan teks yang itu buatan manusia, seharusnya dia lebih mudah menerima, bahwa perbedaan terjemah wahyu Tuhan, tidak akan mempengaruhi keutuhan teks wahyu tersebut.
Antara al-Quran, Injil dan Taurat
Satu-satunya kitab suci yang dijamin selalu otentik oleh Allah hanyalah al-Quran.
Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sungguh Kami yang telah menurunkan al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya. (QS. al-Hijr: 9)
Sementara Taurat dan Injil, kitab ini Allah turunkan kepada Bani Israil, namun Allah tidak memberi jaminan untuk menjaganya. Namun penjagaan itu Allah serahkan kepada manusia.
Allah berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. al-Maidah: 44)
Dan hasilnya bisa kita lihat, teks asli al-Quran tidak pernah mengalami perubahan, padahal usianya lebih dari 14 abad. Teks aslinya selalu ada, tidak kurang tidak lebih. Al-Quran apapun yang anda jumpai, diterjemahkan ke bahasa apapun, teks aslinya pasti dicantumkan di samping terjemahan.
Berbeda dengan taurat dan injil, Allah menjaga teksnya. Hingga sekarang, manusia kesulitan untuk menemukan teks injil yang asli. Bahkan orang tidak pernah tahu, kapan teks aslinya dihilangkan. Mereka bisa menemukan Injil dengan bahasa tertua, bahaya yunani. Tapi itu bukan teks asli Injil.
Sehingga upaya manusia untuk mengubah Injil sangat mudah. Dan itulah yang terjadi. Revisi terjemah Injil, berarti Injil seutuhnya. Karena teks aslinya tidak ada.
Al-Qurthubi menceritakan dengan sanadnya sampai kepada Yahya bin Aktsam,
Kisah ini terjadi di zaman Khalifah Abbasiyah, Khalifah al-Makmun.
Suatu hari beliau bertemu orang yahudi di sebuah majlis, pakaiannya bagus, wajahnya bagus, baunya harum, dan jika bicara sangat indah didengar dan ungkapannya bagus. Setelah majlis usai, Makmun memanggil orang ini.
“Bani Israil?” tanya Makmun.
“Benar.” Jawab yahudi.
“Silahkan masuk islam, nanti kamu saya janjikan ..x.xx” Al-Makmun menjanjikan banyak hal.
“Ini agamaku dan agama bapakku.” Jawab yahudi, lalu dia pergi.
Setelah setahun, bani Israil ini datang lagi di majlis khalifah al-Makmun, tapi kali ini sudah masuk islam. Dia bisa menjelaskan tentang fiqh dan masalah agama dengan bagus.
Seusai majlis, orang ini dipanggil al-Makmun.
“Bukankah kamu orang yang tahun kemarin datang?” tannya al-Makmun.
“Benar.” Jawab beliau.
“Apa yang membuatmu masuk islam?” tanya al-Makmun.
Dia mulai bercerita,
Setelah saya meninggalkan anda, anda melakukan eksperimen untuk ketiga agama: nasrani, tahudi dan islam.
Orang mengakui tulisanku bagus. Akupun menulis Taurat sebanyak tiga naskah. Di sana aku tambahi dan aku kurangi. Lalu aku bawa ke Sinagog, tulisan 3 lembar itupun mereka beli.
Lalu aku menulis Injil sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke gereja, dan mereka membelinya dariku.
Kemudian aku menulis al-Quran sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke penerbit al-Quran. Mereka buka-buka. Ketika mereka melihat ada tambahan dan ada yang kurang, mereka langsung membuangnya. Dan tidak mau membelinya dariku.
Di sana aku sadar, bahwa kitab ini mahfudz (terjaga). Inilah sebab aku masuk islam.
(Tafsir al-Qurthubi, 5/10).
Dan mukjizat ini terbukti. Di dunia ini ada ribuan manusia muslim hafidz al-Quran di luar kepala. Di sana ada lembaga yang meneliti tafsir al-Quran. Di sana ada lembaga yang mengkaji qiraah al-Quran. Bahkan ada lembaga yang membidangi mukjizat ilmiah al-Quran, kajian antar al-Quran dengan sains modern.
Beberapa kali orang barat dan orang syiah membuat teks al-Quran baru. Mereka tawarkan ke masyarakat. Menyebar di dunia maya. Tapi tetap saja, semua upaya itu nihil hasilnya.
Itulah bukti bahwa al-Quran adalah kitab suci yang tejaga…
Sumber Artikel : Qiroati Pusat
ConversionConversion EmoticonEmoticon